Ada seorang teman datang kepadaku membawa undangan pernikahan, pesta pernikahan itu dilakukan di sebuah hotel, pastinya akan sangat meriah dan mewah, semua orang datang memberi selamat dengan ucapan “Selamat Menempuh Hidup Baru”. Tak bisa dipungkiri pernikahan adalah bagian penting bagi umat manusia, merupakan satu tahapan hidup yang akan dilajani. Mengutip kata bijak, bahwa manusia mempunyai tiga tahapan hidup, kelahiran, pernikahan, kematian. Kelahiran dimana kita memulai kehidupan di dunia, belajar menjadi manusia, memahami dunia, memahami diri sendiri, dan hidup sendiri. Kemudian masuklah ke tahap pernikahan, dari tahap sebelumnya, manusia telah belajar mengenal dunia, belajar hidup sendiri, dan dalam tahap ini manusia menjalani hidup bersama pasangan, saling berbagi, bertanggungjawab bersama, menanggung beban hidup bersama, melaksanakan fungsi reproduksi untuk ditanggung bersama. Setelah itu tibalah ke tahap selanjutnya yakni kematian. Manusia akan menjalani proses hidup selanjutnya, yakni setelah kematian, aku tak paham bagaimana proses itu akan berjalan.
Mengenai tahap manusia dalam pernikahan. Di sini dua manusia dipertemukan, untuk menjalani hidup bersama. Manusia memang dikarunia otak untuk berpikir, bagaimana menjalani tahap kehidupan dalam pernikahan. Dan Tuhan membantu manusia dengan segala aturan yang diturunkan dalam kitab suci untuk memudahkan manusia menjalani tahapan ini. Aku sangat percaya Tuhan mempermudah hidup manusia dengan segala aturan dan larangan agar manusia tak terhindar dari permasalahan yang sulit. Meski manusia dikaruniai otak untuk berpikir, apakah iya manusia memanfaatkan fungsi otak untuk mempermudah hidupnya, aku pikir tak semua manusia memanfaatkan itu. Sehingga jika manusia terlalu sulit memikirkan hal-hal sederhana, telah dimudahkan oleh Tuhan dengan aturan dan larangan yang telah tertulis di masing-masing kitab suci sebagai panduan hidup manusia agar selamat menjalani hidup, aku meng-interpretasikan kata-kata Tuhan “agar selamat menjalani hidup” yakni manusia akan terhindar dari kesulitan, terhindar dari masalah yang besar, yang menyengsarakan.
Kau boleh menyebutku orang aneh, orang gila dengan tulisan ini. Aku hanya merasakan bahwa hanya ingin melakukan perseggamaan saja, harus disosialisasikan kepada orang lain, seperti temanku yang mengantarkan undangan pernikahan, pesta dilakukan di sebuah hotel, mengundang banyak orang. Aku bilang bahwa undangan pernikahan itu menyuarakan kepadaku “ayo datang ke pesta pelegalan persenggamaanku”. Ah pikiranku mungkin terlalu liar. Aku percaya Tuhan, aku percaya kata-kata Tuhan dalan semua kitab suci untuk mempermudah kehidupan manusia, tapi aku adalah manusia yang diciptakan dengan otak untuk berpikir, sehingga aku menyebut diriku dengan otak itu bahwa aku bukan manusia yang bodoh, aku bisa berpikir, aku mampu menganalisa semua tindakan yang membuatku menenui masalah atau membuatku tak mendapati masalah yang besar, sehingga aku bisa hidup damai, dan seperti kata-kata Tuhan “hidup selamat”. Yah aku sombong dengan kemampuan otakku, aku bisa hidup selamat dengan menganalisa segala hal yang membuatku berada dalam masalah atau tak mengalami masalah dalam hidup.
Pelegalan persenggamaan, memang mempermudah manusia-manusia yang tak mampu berpikir analitik, pelegalan itu untuk memperteguh komitmen bersama, dengan ancaman dosa dan masuk neraka jika menjalani hal-hal yang tertera dalam larangan yang tertulis ddalam kitab suci. Aku mengakui kebesaran Tuhan, Tuhan menyederhanakan perintah dan larangan agar manusia hidup selamat, dengan mengatakan untuk melakukan perintahnya maka akan diberi ganjaran pahala dan dijanjikan masuk surga, dengan mengatakan tidak melakukan larangannya, dengan ganjaran mendapat dosa dan masuk neraka. Aku sebut suatu sistem hidup selamat dengan deskripsi sederhana, lugas dan jelas. Sedang aku yang berpikir analitik, aku tak serta merta menelan mentah dan mempercayai adanya surga dan neraka. Aku percaya hukum kausalitas, aku percaya semua yang kulakukan akan membuahkan suatu akibat, baik positif ataupun negatif. Kini aku masih hidup untuk mengenal diri sendiri, mengenal di luar diri sendiri, memahami dunia, mengumpulkan kekuatan untuk hidup sendiri, sebelum aku memutuskan untuk berbagi hidup dengan oranglain. Aku pun tahu akibat dari persenggamaan, jika aku belum siap berbagi hidup dengan oranglain, aku akan menemui masalah besar, karena bersenggama adalah sebuah komitmen, untuk berbagi hidup dengan oranglain, memahani oranglain, menjaga hati oranglain agar tak tersakiti satu sama lain, yakni pasangan atau anak.
Dan aku tak perlu berkoar-koar tentang pelegalan persenggamaan, yang terpenting bagiku adalah bagaimana menjaga komitmen hidup bersama. Sangat percuma aku pikir ketika orang telah menikah sesuai prosedur, namun dia tak mempuyai konsistensi dengan komitmen yang tersirat dalam janji pernikahan tersebut, contoh real nya, ya mereka telah menikah, berarti mereka siap untuk berbagai hidup bersama, saling mencintai, menanggung hidup bersama, berkomitmen bersama, namun di tengah kehidupan pernikahannya ia tak memenuhi semua komitmen tersebut, kurang secara finansial untuk berbagi, menghadirkan orang lain dalam kehidupan berdua, bahasa kasarnya selingkuh atau bersenggama dengan orang lain, tak memenuhi kebutuhan anaknya. Aku bilang bodoh, mereka tak menyelami makna tersirat dari janji suci pernikahan dalam akad nikah yang telah mereka lakukan dengan mendatangkan saksi, membubuhkan tanda tangan, dan membuat sosialisasi telah halal bersenggama dengan sebuat pesta besar yang mengundang berjubel orang.
Aku tak perlu menikah, aku tak perlu melegalkan persenggamaan, aku lebih memilih berkomitmen lugas dari pada melaksanakan prosedur tersirat. Aku akan hidup bersama dengan orang yang kupilih yang menurutku cocok dan pas untuk menjalani hidup, bersenggama dengannya, menanggung hidup besama dengannya, mengatur hidup bersama dengannya, memutuskan melakukan fungsi reproduksi bersama dengannya, menanggung anak bersama dengannya. Semua sesuai komitmen yang akan kami bangun. Dan inilah menurutku pelegalan persenggamaanku. Sebuah komitmen berdua, meski tak perlu menikah. Dan kau boleh menyebutku gila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar