Senin, 27 Desember 2010

Doktrin dan Sakit Jiwa

Ketika saya berumur 19 tahun…


Saya pernah mengalami depresi berat karena perbuatan saya sendiri. Kala itu saya yang meyakini sebuah larangan dan perintah yang dicamkan dalam agama saya, tiba-tiba satu larangan telah saya lakukan, dan kepercayaan saya karena sebuah larangan akan mendapat ganjaran dosa lalu masuk neraka menjadi hantu yang tiap hari mengejar-ngejar saya, seolah tiap sudut dimana saya berada menghakimi perbuatan saya sebagai satu dosa besar. Ketika sendiri, saya menangis histeris, menangis akan dosa tersebut, saya seperti orang yang tak bermanfaat lagi hidup di dunia, saya putus asa dan mengecam diri saya sebagai manusia laknat.

Mengapa hal tersebut terjadi kepada saya, kini saya berani menyatakan bahwa agama saya telah mendoktrin saya dengan dosa dan hukuman besar, hal-hal yang saya rasakan terjadi dalam diri sendiri, bisa disebut bahwa kecemasan dan depresi tersebut adalah gejala sakit jiwa, gejala yang menyerang neurotik saya, saya hampir hancur karena mengalami gejala neurosis, sebuah kecemasan besar.

Dari buku yang saya baca kecemasan adalah rasa yang muncul akibat terjadinya sebuah ancaman yang meng-invasi itegritas diri. Jika kecemasan terus menyerang bisa saja mempegarahui ketahanan neurotik, dan akhirnya menjadi depresi berkepanjangan. Sedangkan depresi berkepanjangan adalah gejala penyakit psizofrenia tingkat rendah. Yah, saya terserang depresi karena doktrin agama saya. tapi masih sangat beruntung bahwa ternyata pertahanan neurotik saya masih bekerja dengan baik, sehingga saya mampu berpikir jernih dan tak sampai melakukan bunuh diri.

Ada kata-kata Sigmund Freud yang saya sukai, karena ia sangat berani bilang seperti ini “ Umat beragama seperti pasien-pasien ku di rumah sakit jiwa”. Saya tahu Freud adalah seorang ateis, salah satu pasien yang ia sebut adalah saya.


Kini bisa saya bilang bahwa saya adalah seorang yang berusaha melepaskan doktrin-doktrin yang menjanjikan fantasi-fantasi ilutif. Dan atas usaha saya tersebut, saya mampu hidup damai atas diri saya sendiri, menerima diri ini apa adanya. Itulah diri saya sekarang. Namun bukan berarti saya tak percaya kepada Tuhan, mungkin bolehlah anda mengatakan bahwa saya adalah seorang yang agnostik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar